3 Penyakit rentan terjadi saat hamil

Written on Rabu, 19 Maret 2014 | Rabu, Maret 19, 2014

hamil


Kehamilan sangat diharapkan selalu dalam kondisi baik dan sehat. Namun, tanpa sepengetahuan ibu bisa tejadi infeksi kongenital yang mengganggu tumbuh kembang janin bahkan berakibat janin lahir cacat.

"Untuk infeksi kongenital yang paling penting adalah pencegahan, misal vaksin. Selain itu ibu tidak boleh meremehkan kondisi tubuhnya. Berbagai infeksi berbahaya bisa ditandai hanya demam, pusing, atau sedikit pegal," kata dokter ahli kandungan dan kebidanan, Ridwan, dalam kelas parenting New Parent Academy, di Jakarta, Minggu (9/3/2014).

Berikut berbagai infeksi kongenital yang mungkin terjadi dan cara mencegahnya:

1. Rubella varicella (cacar air) dan hepatitis B

Cacar air memang tidak berbahaya jika menginfeksi ibu, namun berbeda dampaknya terhadap janin yang dikandung. Ridwan mengatakan, ibu hamil yang terkena cacar air berisiko keguguran atau memiliki janin terlahir cacat. Cacar air memang tidak bisa diobati sempurna selain dengan penurun demam atau pereda nyeri. Penyakit ini bisa dicegah dengan vaksinasi sebelum hamil.

"Vaksin rubella harus diberikan satu bulan sebelum konsepsi, dan tidak boleh dilakukan saat hamil. Bila perlu sebelum menikah lakukan vaksin, karena calon ibu kebanyakan tidak tahu kapan dirinya hamil,"kata Ridwan.

Hal serupa terjadi pada hepatitis B yang bisa menginfeksi janin melalui darah ibu. Penularan Hepatitis B bisa dicegah dengan pemberian vaksin, yang bisa diberikan pada ibu hamil. Tanpa vaksin, janin yang dari ibu dengan hepatitis B berisiko terkena cacat bawaan.

2. HIV

Human Immunodeficieny Virus (HIV) adalah penyebab terjadinya AIDS. HIV ini bisa menyusup dalam rantai DNA manusia, sehingga bisa menurunkan virus dari ibu dengan ke anak. Meski begitu penularan HIV bisa dicegah. "Meski masih terdengar awam calon ibu sebaiknya melakukan test HIV. Bila diketahui ibu terkena HIV positif maka anak bisa segera melakukan terapi, untuk mencegah penularan," kata Ridwan.

Terapi ini menggunakan zidovudine (AZT) yang merupakan obat untuk terapi anti retroviral (ART) yang mencegah penularan HIV. Obat AZT tersedia dalam berbagai merek dagang dan dosis, dalam bentuk pil atau cairan. AZT diberikan berdasarkan berat badan sebanyak 2-3 kali sehari. Terapi AZT mulai diberikan pada semester dua kehamilan hingga anak berusia 4-6 minggu. Terapi ini menurunkan kemungkinan penularan dari 3 bayi per 12 kelahiran, menjadi satu bayi per 12 kelahiran.

3. Toksoplasmosis dan sitomegalovirus

Kedua penyakit ini tidak memiliki vaksin untuk mencegah penularan. Namun, penyakit bisa dicegah dengan menjaga kebersihan.

"Kebersihan menjadi yang utama untuk mencegah penularan toksoplasmosis dan sitomegalovirus. Selama hamil pastikan lingkungan selalu bersih dan rutin kontrol," kata Ridwan.

Toksoplasmosis dikenal menular lewat kotoran kucing, padahal virus ini juga bisa menginfeksi melalui makanan dan minuman. Ridwan menyarankan calon ibu dan orang di sekitarnya selalu menggunakan sarung tangan, dan mencuci serta memasak sayur atau buah dengan baik sebelum disantap. Sedangkan untuk kotoran kucing harus dibuang sebelum 24 jam. Virus tokso berisiko menyebabkan cacat bawaan pada bayi.

Sementara sitomegalovirus disebabkan virus yang tersebar luas, dan umum menginfeksi sebelum atau setelah kelahiran janin. Serangan virus mirip herpes yang ditandai panas hingga 38 derajat Celcius tanpa batuk atau pilek. Sitomegalovirus berisiko menyebabkan cacat otak hingga kematian bayi. Serangan sotomegalovirus bisa dicegah dengan sesering mungkin cuci tangan, terutama bila sering kontak dengan bayi. Orang dewasa tidak boleh menggunakan peralatan makan yang sama dengan anak, dan meminimalkan kontak lewat air mata atau air liur.

Sumber : kompas.com
Blog, Updated at: Rabu, Maret 19, 2014

3 komentar: